Senin, 21 Juni 2010

Pesan Seorang Ayah Kepada Putrinya



















Nak… ketika ayah sedang di kantor, tiba-tiba terdengar senandung nasyid indah yang diputar oleh teman seruangan ayah…

Aduhai putriku sayang…
Lembutmu tak bererti
Kau mudah dijual beli
Kau mampu menyaingi lelaki dalam berbhakti
Lembut bukan hiasan… juga bukan kebanggaan
Tapi kau sayap kiri pada suami yang sejati
Disebalik bersih wajahmu… disebalik tabir dirimu… ada rahsia agung tersembunyi dalam diri
Itulah sekeping hati yang takut pada Ilahi
Berpegang pada janji mengabdikan diri
Malumu mahkota yang tidak perlukan singgasana… tetapi ia berkuasa menjaga diri dan nama
dari siapa yang akan mau merampasnya
melainkan kau sendiri yang pergi menyerah diri
Ketegasanmu umpama benteng negara dan agama
dari dirobohkan dan jua dari dibinasakannya
Wahai putriku sayang
Kau bunga terpelihara
Mahligai surga… itulah tempatnya…
(PUTERIKU SAYANG by Hijjaz)

Nak… ayah lagi-lagi meneteskan airmata kala mendengar lagu itu, ayah bahagia…telah mampu memiliki bunga sepertimu… walaupun sesungguhnya ayah malu… karena bunga ayah bisa seindah itu bukan karena didikan ayah… melainkan atas kehendak dan kemauannya sendiri.
Nak ayah selalu tersenyum senang dengan apa yang ada pada dirimu… wahai putriku… ayah selalu melihat keasingan pada dirimu jika dibandingkan dengan remaja putri pada umumnya… betapa kau berani beda dengan mereka… betapa kau berani menjadi putih diantara kawanan merah, demi syariah dan izzah yang kau jaga.
Nak… remaja putri lain pada umumnya begitu senang mempercantik diri dengan pakaian-pakaian mininya, menonjolkan lekuk tubuhnya… namun engkau… apa yang kulihat dalam dirimu wahai putriku… saat masih begitu belia usiamu… kau memutuskan untuk menutup auratmu dengan sempurna… dengan gamis besar berwarna kelam dan khimar yang panjang… sekalipun ayah tak paham pakaian muslimah yang sesuai dengan syariat seperti apa, tapi ayah percaya dan bangga padamu… kau telah bisa mengistiqomahkan diri dengan pakaian itu kala usiamu masih sangat muda…masih baru duduk di bangku SMA. Dan ayah tak pernah peduli dengan omongan-omongan orang diluar sana yang menganggapmu terlalu ekstrem dan fanatis. Ayah tak peduli… karena ayah percaya padamu…
Nak… ayah bangga padamu, sejauh dua puluh tahun ini ayah belum pernah melihatmu dekat dengan teman pria, itu bukan karena kau tak menarik… tapi… itu karena kau selalu menghargai dirimu, kau tak menghiraukan mereka… hanya karena Allah semata.
Nak… kaulah bunga yang tak pernah terjamah, wajah dan tubuhmu masih utuh terjaga.
Nak… jika orangtua lain menengok kamar putrinya yang masih remaja, tentu yang akan ditemuinya hanyalah tumpukan boneka dan botol-botol kosmetika, tapi… itu tidak terjadi pada ayah, kamarmu… kau penuhi dengan kitab-kitab tentang agama, kitab-kitab yang bukan pemberian dari ayah melainkan kitab yang kau beli dengan susah payah mengumpulkan sisa uang bulanan.

Nak… jika remaja putri lain sangat senang berkunjung ke salon atau jalan-jalan ke swalayan… tapi… itu tak terjadi pada putri ayah, yang ayah tahu kau selalu datang ke majlis ilmu, atau jika tidak demikian kau lebih suka berdiam diri di rumah.

Nak… satu kalipun sejauh dua puluh tahun ini, ayah tak pernah mendengarmu meminta izin untuk kencan, yang selalu ayah dengar kau selalu minta izin untuk berkunjung kerumah teman wanitamu atau ke majlis ilmu, dan… sama sekali ayah tak pernah menaruh curiga bahwa diluar sana kau akan berbuat yang macam-macam, karena ayah tahu bagaimana kejujuran lisanmu dan bagaimana perangai dirimu…

Nak… tiba-tiba ayah tersentak… kini usiamu sudah dua puluh tahun, sepertinya gerbang itu akan segera kau masuki… gerbang indah… yang disisi lain tak mudah bagi ayah menerimanya. Karena ayah tahu saat gerbang itu termasuki olehmu… pertanda ayah harus melepaskanmu.

Dan hanya satu pesan dari lelaki renta ini…
Kelak jika kau telah berkeluarga… jangan pernah berubah…
ayah masih ingin mendengarmu … walau nanti tak bisa tiap hari,
ayah masih ingin bertemu dan bercengkrama denganmu… walau sesekali saja…
ayah masih ingin mencicipi masakanmu… walau jarang…
ayah masih ingin jalan-jalan di taman denganmu walau tak setiap akhir minggu...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar