Minggu, 27 Desember 2009

Ketika Cinta Berbagi

Ketika itu…
Kita berbeda dengan yang lainnya
Begitu banyak yang mencela bahkan memandang sebelah mata
Ketika itu...
Mutiara...mutiara itupun menyatu
Terjalin lewat untaian benang persahabatan
Mengubah butiran mutiara menjadi seutas kalung indah
Sahabatku... biarlah mereka mencela bahkan memendam prasangka
Bagiku...engkau adalah untaian mutiara
Untaian yang membuatku merasa bahagia karena menjadi salah satu bagian didalamnya...


What’S Wrong With Me?

Bising rasanya telinga ini, sesak rasanya dada ini saat harus kembali menerima kata-kata menyakitkan “hari gini belum tahu yang namanya pacaran?” yah itulah sebuah susunan kata yang mereka rangkai menjadi sebuah kalimat sindirin nan menyakitkan menusuk jantung menikam hati. Dan aku tak pernah tahu harus menjawab sindiran itu dengan kalimat yang bagaimana. Aku hanya bisa memandang kecut kearah mereka sambil melempar senyum tak simetris. “Percuma” aku membatin dalam hati, tak akan ada yang mengerti mengapa aku selalu sendiri...sendiri tanpa kekasih.
Oh ya jangan kira saat membaca paragraph diatas kalian beranggapan bahwa aku ini seorang gadis dengan tampang mengecewakan atau perawakan bundar tak karuan sehingga sampai kelas dua SMA tak pernah punya pacar. Bukan, sekali lagi bukan karena itu. Meski tak berwajah secantik Dian Sastrowardoyo atau Sandra Dewi wajahku bisa dibilang lumayan manis yah kira-kira bisa disamain ama manisnya suwar-suwir (manisan tape yang notabene makanan khas Jember kota kelahiranku tercinta), ini bukan menurutku lho tapi konon katanya orang-orang sekitar. Eh...tapi setelah aku pikir-pikir tuh suwar-suwir kan asalnya dari tape... jadi meskipun manis kayak manisan...kalo manisannya terbuat dari tape lah kan rasanya beda! Iya...ya...suwar-suwir itu kan mengandung rasa kecut yang lebih kuat daripada rasa manisnya! Ahh...berarti selama ini aku kecut-kecut manis dong! Alias lebih banyak kecutnya ketimbang manisnya. Wah...awas yah bagi sapa aja yang pernah bilang diriku ini manis kayak manisan suwar-suwir...tunggu pembalasanku. Perawakanku juga tinggi semampai walaupun sedikit kerempeng. Tapi yang jelas aku memilih predikat jomblo bukan karena nggak laku, karena terbukti lumayan sering SMS berdatangan yang isinya mengajakku menjalin relasi percintaan atau yang lebih sering disebut dengan “PACARAN” di laci meja belajarku juga ada beberapa surat cinta dan tak jarang teman-teman di sekolah mencoba mencomblangiku dengan kawan mereka yang ingin mengenalku lebih dekat. Tapi tak satu pun dari mereka yang ku gubris, bagiku aku adalah aku yang hidup dengan prinsipku, dan jika aku menyalahi prinsipku ini berarti aku telah mengkhianati diriku sendiri. (ciehh...narsis-narsis dikit nggak apa-apa kan?)
Sampai akhirnya pertahanan diriku mulai goyah saat yang mencoba PDKT itu kakak kelas yang lumayan TOP. Tampangnya cute dan manis. Kata teman-teman dia mirip ama Tommy Kurniawan. Ibarat musafir haus akan air aku mulai memikirkan bagaimana kiranya jika ia menjadi pacar pertamaku. Menjadi seseorang yang akan selalu mengantar jemput aku ke sekolah, pasti selain ngirit ongkos juga bisa membebaskan aku dari predikat jomblo nan menyakitkan. Udah gitu pasti aku bisa tunjukin ke cewek-cewek centil disekolah yang selama ini keganjenan deketin dia, kalau aku ini, wanita yang selama ini mereka hina dina dan caci maki dengan tak berkeprikemanusiaan dan prikeadilan adalah cewek yang mampu memikat hati Bian sang cowok ganteng dengan sejuta kecoolan nya. Ahh pasti ntar aku mendadak popular dan berita ini akan menjadi highline news di sekolah. He…he…he. Tapi…ahh Astaugfirullah, lantas gimana dengan perjuanganku selama ini? Masa aku rela mengkhianati prinsip diri Cuma gara-gara cowok kayak dia? Aku menggumam dalam hati. Nggak, nggak, prinsip ini lebih berharga dari hal apapun. Syukurlah aku menemukan kembali sisi diriku yang hampir saja kandas ditelan bayang-bayang kebahagian semu.
Bulan berganti bulan tak terasa kini sudah semester dua, aku dengar Bian sudah berhasil menjalin relasi percintaan dengan anak kelas sebelah. Miris rasanya hati ini, tapi…bukankah anak muda selalu begitu? Gagal dengan yang satu, dengan sigap menangkap yang lain. Huh…benar-benar tak bisa dimengerti. Apakah benar cinta semudah itu? Ah apakah benar dulu dia memang benar-benar cinta padaku? Aku mulai sangsi dengan dunia percintaan remaja yang sarat dengan kata putus dan obral dengan kata”Will U luv me?” nampaknya kata-kata itu bukanlah sesuatu yang beresensi, hanya sesuatu yang mudah keluar dari mulut. Asal tampang lumayan, atau asal tajir pacaran pun jadi. Duhh aku semakin bingung, sebenarnya remaja zaman sekarang ini udah terinfeksi virus cinta murahan atau justru disitulah (murahan) letak kebahagian yang mereka cari? Ahh masa bodoh dengan semua itu karena yang jelas aku akan selalu menjaga prinsip diriku say no to pacaran say no to pergaulan nan kelewatan, say no to drug’s n say no to smoking (eh kalo yang satu ini mah udah pasti atuh)

Best Friend’s From Alloh

Alhamdulillah…berkat prinsip yang selalu aku jaga itulah aku bisa mempunyai sebuah motivasi untuk mencari teman-teman seprinsip seperjuangan dan sepenanggungan dalam menumpas kebathilan yang berkecamuk dalam hati dan nurani. Dengan semangat 45 aku mengetik proposal pembentukan extrakurikuler yang nantinya aku harap mampu menjadi penguat hati. Alhasil terbentuklah sebuah forum diskusi dan kajian kemuslimahan di sekolahku. Dalam forum itu aku menjabat sebagai ketuanya. Ck…ck...ck kok bisa sih cewek eror kayak aku ini jadi bu ketua Remaja Masjid. Jadi bingung ya? Aku juga bingung kok. He…he…he
Waktu dengan cepat berlalu, tak terasa kini Remaja Masjid udah berusia empat puluh hari. Horeee saatnya selapanan. Nggak nyambung yah? Yup seneng deh rasanya menjalani empat puluh hari menjadi anak Remas. Semakin banyak temen n pastinya aku jadi lebih termotivasi untuk menjadi pribadi yang lebih dan lebih baik lagi. Malahan nggak kusangka-sangka berawal dari Remas inilah aku jadi punya teman yang sangat amat dekat sekali ato lebih tepat disebut dengan sahabat. Yups mereka pada baek banget, namanya Prili, Ocha, Alan dan Irin. Dan nggak dinyana-nyana (apa tuh dinyana-nyana?) maksudnya nggak disangka-sangaka ternyata si Prili dan Irin entu juga kagak pernah pacaran so aku jadi tambah ngerasa senasib seperjuangan ama mereka. Tapi…masalahnya tu ada pada si Ocha, doi tuh dulunya suck banget, eits tapi bukan berarti dia pernah terlibat FS alias Free Sexs atawa FB alias Free Body (pribadi yang bebas dalam pergaulan). Tapi…dia entu dulunya seorang vokalis band nan sarat dengan pulang malam, kelayapan kesono kesini dan pacaran bertubi-tubi. Tapi…Alhamdulillah kini dia udah bener-bener berubah menjadi sosok muslimah yang tambah cantik dengan penutup kepala (jilbab). Nah kalo si Alan entu pernah sekali pacaran dan itupun karena terpaksa (lah kok iso pacaran karena terpaksa? Pacaran rodi kale) entahlah hanya si Alan yang mampu menjawab jadi janganlah kalian bertanya padaku.

Bang Hari Vs Kuntilanak

Semakin hari persahabatan diantara kami semakin terjalin dengan sangat kuat. Saking kuatnya sampe-sampe Crish John kalah kalo tanding ama kami. Nggak nyambung ya? Yang jelas diantara kami berlima selalu ada tawa, dakwah dan pastinya cinta. Ck…ck…ck… benar-benar persahabatan yang romantis.
Kami berlima seolah telah mendapatkan anugerah terindah dari Allah melalui persahabatan ini, karena semenjak persahabatan ini terjalin kami tak lagi pusing dengan urusan percintaan semu, kami berlima lebih suka memikirkan trik-trik apa yang mampu menarik teman-teman untuk bergabung di Remas. Dan kalo lagi musim-musimnya liburan kami lebih suka ngumpul-ngumpul sambil mendiskusikan ilmu yang bermanfaat. Tak jarang kami juga mengisi liburan kami dengan cara anjang sana alias ngerumpi atawa lihat DVD bareng di rumah salah satu dari kami. Dan untuk hal yang satu ini rumah Irin adalah tempat favorit yang sering kami kunjungi karena disanalah surga manisan, bisa-bisa pulang dari rumah si Irin mulut ini nyut-nyutan karena ulat-ulat di dalam gigi pada menari-nari kegirangan lantaran bagitu banyak manisan yang mereka dapatkan. Eits…ampe lupa perlu kalian ketahui yang aku maksud ngerumpi diatas bukan dalam artian mengghibah ato ngomongin orang-orang nyebelin di sekolah, tapi…maksudnye kami ngerumpiin masalah yang lagi booming n biasanya ni Ocha, Prili, Irin dan Alan pada ngebahas doi mereka yang jago banget sihir menyihir n mengemudikan sapu korek sapa lagi kalo bukan bang Hari. Gludak !!! dan kalo udah nyampe pada bahasan materi mengenai si Hari aku langsung manyun-manyun sendiri kagak jelas gitu sambil membatin dalam hati “Fol demod itu apaan sih? Apa itu sebangsa demid? Coz satu-satunya yang kagak pernah liat DVD atawa baca novelnya bang Hari cuman aku doang. Hiks…hiks…serasa kuper abis deh diri ini. Tapi meskipun demikian aku tetep nggak minat untuk liat entu pilem. Coz pilem kayak begituan mah bukan seleraku, aku lebih seneng liat pilem-pilem demid local for example kuntilanak, tusuk jelangkung atawa lawang sewu. Alasannya, aku kan mengikuti petuah dari menteri dalam negri “Cintailah Produk Indonesia” termasuk pilem setannya. Selain itu kan kasian mbak kuntilanak, mas gondoruwo dan sebangsa demid yang lainnya kalo eksistensi mereka digeser ama pilem-pilem menegangkan buatan luar negri. He…he…he…
Pokoke... hidup mbak kunti!

2 X 2

Selain memiliki kebiasaan yang udah aku sebutin pada bab sebelumnya kami berlima juga punya hobi unik yang boleh kalian tiru, ingat kalo hobi yang diatas itu lebih baik dihindari tapi kalo yang akan aku certain dibawah ini silahkan dipraktekkan dalam kehidupan kalian. Oke pren…! Kami berlima punya kebiasaan saat bel istirahat berbunyi kami berlima langsung menuju base camp kami yang terletak di pojok mushollah sekolah, ukurannya 2X2 meter, bisa dibayangin gimana sempitnya ruangan itu kalo dimasuki oleh lima orang. Sekali lagi! ruangan 2X2 meter diisi oleh lima tubuh anak manusia berusia rata-rata 17 tahun. Yaa Ampyuun! Kalo orangnya punya badan kayak aku semua mah bakalan muat-muat aja. Nah ini ada si Irin yang ….dan si Prili yang….(maaf ada sensor , silahkan isi dengan kata yang tepat menurut pemikiran anda) he…he…sori Pril sori Rin bukan maksud hatiku menyinggungmu, tapi apa daya memang begitu keadaannya. Yaudah kalo gitu biar orang-orang yang ngebaca tulisan ini kagak salah menvisualisasikan kalian dalam pikiran mereka, aku akan mendeskripsikan perawan kalian dalam kalimat yang sejujur-jujurnya.
Berikut ini adalah penggambaran nyata, tidak ada rekayasa ato penipuan didalamnya. Karena tujuan saya cuma satu, ingin memberikan informasi sebenar-benarnya tentang saya dan keempat sahabat saya.
1. Saya, perawakan tinggi kerempeng (berat badan 45kg, tinggi 165cm) kulit biasa-biasa aja. Kagak item, juga kagak putih.
2. Prili, perawakan tinggi besar (berat badan kira2 55kg, tinggi 167cm) warna kulit item manis.
3. Irin, perawakan pendek rada gemuk (berat badan kira2 50kg, tinggi 150cm) kulit putih, putih buanget coz doi tuh sunda asli euy, katanya sih udah takdir orang sunda dilahirkan dengan kulit putih.
4. Ocha, perawakan kecil dan pendek (berat badan kira2 43kg, tinggi kurang lebih sama kayak si Irin) tapi anehnya si Ocha ini phobia banget ama makanan berlemak, coz doi punya kecenderungan takut ama yang namanya kegemukan. Padahal kalo dipikir dan dilihat doi tu udah punya badan yang ideal antara tinggi ama beratnya. Doi punya kulit biasa-biasa aja, kagak item juga kagak putih.
5. Alan, alan ini perawakannya hampir sama ama si Ocha cuma bedanya si Alan sedikit rada cabi, doi punya mata yang sipit n kulit yang putih banget. Nah karena itulah temen-temen disekolah lebih suka manggil si Alan dengan sebutan Ummi Tacik. Maksud’e kayak cina yang berkerudung gitu. Doi nih asli orang Lombok. Konon katanya dia tersesat ke pulau Jawa ini dan bertemu dengan 4 bidadari yang telah membuatnya betah dan enggan untuk pergi ke Lombok lagi.
Nah, udah jelas kan penggambaran fisik masing-masing tokoh, kalo udah jelas simak cerita selanjutnya.
Asal temen-temen tahu, kami berlima doyan banget ngumpul di ruangan kecil di samping mushollah itu coz disitulah tempat terindah bagi kami, meski sumpek, pengap dan sumpah banyak nyamuknya kami berlima bisa mencurahkan segenap hasrat kami disana. Eits…ni bukan ngomongin hasrat-hasrat dalam pengertian negative lho! Yang aku maksud kami berlima bisa mencurahkan hasrat membaca Al Qur An bersama, ngadain liqo ato curhat masalah-masalah yang serius dan amat sangat rahasia. Lah…kok nggak ngaji di dalam mushollahnya, ngapain mesti ditempat yang kondisinya tragis kayak gitu. Pengen tahu? Berikut alasannya.
1. Ada sejarah panjang yang melatar belakangi keberadaan tempat itu. Awalnya tempat itu (base camp kami) merupakan gudang. Sumpah gudang dalam makna sesungguhnya. Berkat Rahmat Allah dan restu dari pak wakasek kesiswaan, ato orang yang bertanggung jawab ama kegiatan-kegiatan OSIS dan Ekskul, kami diizinkan untuk memanfaatkan tuh ruangan. Akhirnya kami berlima bersusah payah membersihkan tuh gudang yang ya ampun kuotor n bau banget. Di dalamnya tersimpan sejumlah harta karun yang nilainya ditaksir ratusan ribu rupiah. Ada kasur, hah apa? Kasur ? lah kok bisa ada kasur di gudang mushollah? Kami sendiri juga nggak tahu gimana sejarahnya sehingga tuh kasur busuk bisa tersesat di gudang mushollah. Di situ juga ada alat-alat pertukangan, ada beberapa ember cat yang isinya sudah mengeras, ada juga pecahan-pecahan kaca, ada sekarung plastik bekas yang nggak jelas asal-usulnya, ada juga sebuah jaket kumal yang ditinggal oleh sang pemiliknya di dalam ruangan nan malang tersebut. Nah karena kami tahu sebenarnya tuh ruangan pada awal pembuatannya udah direncanakan untuk ruang ta’mir, akhirnya kami berlima berusaha dengan sekuat tenaga + selaksa doa untuk membersihkannya. Dan ternyata…ruangan itu menjadi benar-benar kosong. Karena kami berlima udah mindahin semua penghuninya ke gudang sekolah Kasi keplok untuk kami berlima. Prok…prok…prok!
2. Selanjutnya base camp itu kami hiasi dengan poster-poster menggugah hati misalnya (Rasulullah is My Idol, Keep Spirit With Islam) udah gitu si Prili yang punya bakat jadi guru TK bikin origami buanyak banget n dia gantungin tuh origami di jendela base camp. Nah…tugasku membuat papan mading yang artikel-artikelnya aku temuin di internet dan majalah, selain itu juga aku tempelin beberapa puisi karanganku disana. Ck…ck Subhanallah. Benar-benar beda ama sebelumnya. Nah buat nambahin kesan bonafit kami tempelin di depan pintunya sebuah tulisan “Ruang Sekretariat Remaja Masjid” cuit…cuit akhirnya kami yang usinya baru beberapa bulan udah punya ruang sekretariat. Alhasil mulai saat itu banyak adek-adek kelas yang pada ngikut nimbrung didalamnya. Walau ruang itu terlalu sempit untuk bisa menampung mereka, tapi tetap terasa luas sanubari hati ini untuk menerima kehadiran mereka. Karena mereka tanpa malu-malu n ragu-ragu menceritakan segenap keluh kesahnya pada kami, padahal mereka tuh sama sekali nggak pernah akrab ama kami sebelumnya. Subhanallah
3. Nah…ini ada alasan yang paling mendasar, kami tetep make’ ruangan yang sempit itu buat liqo ato ngaji karena kalo kami liqo nya di mushollah kami bakalan nampang disamping ato dibelakang orang yang lagi sholat coz tuh mushollah aneh banget, kagak ada tabirnya. Yah mending kalo yang sholat cewek nah kalo yang sholat cowok?
4. Ini cuma alasan yang dibuat-buat, udah bukan jadi rahasia umum kalo cewek doyan dandan. Tak terkecuali cewek-cewek Remas ini. eits…tapi jangan salah yang aku maksud disini bukan dandan seperti cewek-cewek pada umunya. Tapi…kalian semua tahu kan kalo abis wudhu n sholat kerudung jadi kagak rapi, udah gitu pelembab yang dipake juga luntur so di dalam ruangan berukuran 2X2 itulah kami selalu merapikan kerudung ama pake pelembab wajah agar saat berada di bawah terik matahari kulit kami nggak kebakar. Beneran cuma itu aja kok yang kami maksud dengan dandan. Sungguh kami nggak lebih dari itu. Ck…ck…ck…dasar cewek-cewek Remas genit!
Nah…itulah sedikit cerita nggak penting yang mendasari kecintaan kami terhadap ruangan 2X2 di mushollah. Dan syukur Alhamdulillah kebiasaan kami yang suka menghabiskan waktu istirahat di mushollah membuat tempat suci itu terhindar dari anak-anak tak beradab. Eits...pengen tahu kan kenapa kami tega menyebut beberapa teman satu sekolah sebagai anak-anak tak beradab. Kalo pengen tahu...jangan kemana-mana! Baca lembar berikutnya! Ocre!!

Petugas Trantib

Yups....yang kami maksud dengan anak-anak tak beradab itu adalah mereka-mereka yang pacaran seenak dengkulnya di serambi mushollah. Duh Ya Allah kiamat memang sudah dekat, sampe-sampe tempat yang semestinya digunakan untuk bercengkrama dan merayu Engkau dalam doa dan sujud malah digunakan sebagai tempat perbuatan tercela yang akan membawa diri mereka pada jalan lurus menuju zina. Astaugfirullah…Anak-anak itu memang nggak punya hati. Tapi...apa memang karena tempat paling sepi dan paling indah di sekolah adalah mushollah? Sehingga mereka bisa memasang wajah tanpa dosa saling merangkul pacar mereka? Wah suck banget deh! Pernah ni suatu hari, waktu itu aku datang ke base camp duluan coz guru yang ngajar dikelasku nggak masuk. Sedangkan Ocha, Prili, dan Irin masi berpusing-pusing ria ama soal matematika, sedangkan si Alan Wallahu A’lam coz kelasku jauh banget ama kelasnya. Nah…pas aku masuk ke mushollah aku liat di serambi yang berada di sebelah selatan (serambi itu menghadap kearah tempat wudhu cewek) nampak sepasang anak manusia sedang asyik pangku-pangkuan disana. Ya Allah (aku mengelus dada) ya ampyuun...woi mbak...mas...ni mushollah bukan taman kota ataupun tempat wisata (aku membatin dalam hati) Melihat itu aku langsung meraih sebuah sapu yang digantung disamping lemari mushollah, eits…jangan salah sangka dulu, aku ambil sapu bukan untuk mentung tuh anak manusia yang berhati hewan tapi…aku hendak mengusir mereka secara halus.
“Maaf…Mas…dik permisi (karena si cowoknya kakak kelasku dan ceweknya adik kelasku) mushollahnya mau dibersihkan” dengan tampang kaget setengah mati mereka langsung membuyarkan aksi pangku-pangkuan itu. Dan dengan tampang geram menahan marah mereka pergi meninggalkan mushollah dan diriku. Ha…ha…ha Yes…yes aku berhasil! Kayak petugas trantib aja seneng ngebuyarin ketidakdisipilinan he…he….he aku tersenyum sambil nyapu mushollah yang berdempul debu ( ^______* )
Pernah juga suatu ketika ada anak yang buandelnya minta ampun, dia tuh suka ngeboleos nggak ikut pelajaran dengan cara ngumpet di mushollah. Parahnya lagi tuh anak manusia ngumpet ampe ketiduran di dalam mimbar khutbah. Ck…ck…ck cerminan pelajar nan mengenaskan. Dan parahnya lagi nggak ada guru yang pernah tahu ulah tuh anak. Alhamdulillah…berkat ulahnya yang kepergok ama anak-anak Remas dia dipanggil ama pak wakasek kesayanganku (coz aku yang laporin tuh anak biar nyahok) akhirnya pak wakasek menindaknya dengan tegas, dia disuruh wajib lapor tiap pergantian jam pelajaran. He…he…he sukses lagi jadi petugas trantib.


Ketika Cinta Diuji

Akan tetapi…hidup adalah misteri seperti lirik indah dalam lagu Aa’ Ari Laso “Segala yang terjadi dalam hidupku ini adalah sebuah misteri Ilahi, berikan cobaan hanya ujian kehidupan…” Yah aku setuju banget ama ni lagu karena setelah sekian juta tawa terukir diwajah kami, setelah sekian judul bahagia tertulis di lembar diary kami. Kami tetap harus merasakan yang namanya cobaan dan masalah. Dan inilah sesi dimana kalian wajib menangis dan terharu. Ingat wajib hukumnya terharu dengan kisah berikut ini (awas mulai serius) ck…ck…ck
Awalnya tak ada masalah dengan pembentukan Remas, begitu pula dengan kegiatannya. Tak ada yang menghambat. Peminatnya pun juga sangat banyak. Sekitar lima puluh orang siswi. Kegiatan Remas memang telah kami atur sedemikian rupa agar tidak membuat jenuh pesertanya. Dan yang mengisi materi juga cuantik, muanis dan buaek banget namanya Ibu Sholihah beliau salah seorang kenalanku. Banyak teman-teman yang mengagumi sosok Bu Sholihah karena beliau sangat komunikatif dan enak diajak curhat. Itu membuat kami semakin giat datang ke kajian yang selalu dilaksanakan hari jumat sepulang sekolah.
Tapi…setelah bulan keempat kegiatan Remas berlangsung ada sebuah tragedi nan memilukan. Aku dipanggil ke ruang Kepala Sekolah. Tadinya kupikir ada kabar gembira, aku sempat menerka akan ada penambahan dana bulanan Remas atau akan ada acara besar yang menyangkut Remas. Akan tetapi…semua tak sama tak pernah sama. Bukan kabar gembira tapi justru kabar derita” Remaja Masjid akan dibubarkan!” watdefak? Hiks…hiks… hiks... pilu rasa hati ini. Bingung rasa benak ini, apakah yang terjadi? Adakah yang salah dengan diri ini? Untuk bisa mendapat kejelasan dari keputusan itu akhirnya aku bertanya pada Pak Kepsek. Dan ternyata masalahnya terletak pada kelegalan organisasi. Lah kok iso. Padahal baru empat bulan proposal pembentukannya ditanda tangani, apa pak Kepsek wis lali (lupa) aku mulai garuk-garuk rambut ehh salah kerudung maksudku. Aku jadi tambah bingung. Kenapa kok proposal yang sebelumnya itu dianggap nggak sah? Ternyata ketidaksahannya lantaran Wakasek kesiswaan yang mendongkrak pembentukan Remas udah diganti ama orang lain. Dan si Wakasek kesiswaan yang baru ni nggak setuju kalo Remas tetap ada tanpa adanya pembuatan proposal baru yang di dalamnya mencantumkan nama, gelar dan NIP nya duh Pak…pak kasihanilah kami, masa sih kami mesti mulai dari awal. Kan kami udah umur empat bulan masa’ sih disuruh lahir lagi. Tapi nggak apa-apa deh kami rela kok bikin proposal baru asalkan keberadaan kami masih diizinkan disekolah. Akhirnya tiga hari kemudian proposal yang baru berhasil disusun, itu semua berkat bantuan adik-adik kelas yang bakalan menggantikan posisi aku dan teman-teman yang menjabat sebagai dewan pengurus Remas. Meskipun mengalami begitu banyak cobaan dalam penyusunannya, for example listriknya padam pas udah ngetik berlembar-lembar dan o’on nya aku kagak nge automatic save tuh document. Hiks…hiks…hiks mulai dari awal deh. Dan setelah itu proposal yang sudah selesai disusun plus dijilid pun kudu dirombak ulang coz katanya pak wakasek yang baru tuh proposal amburadul alias mengandung banyak unsur kesalahan. Tapi…Alhamdulillah seminggu kemudian proposal yang udah dibenerin berhasil kami susun. Aku ditemani ama ibu ketua OSIS yang tak lain dan tak bukan juga merupakan anak Remas, menghadap pak Wakasek kesiswaan yang baru, disini kami diwawancari abis-abisan, beliau nanya tetek bengek tentang kegaiatan Remas mulai dari siapa Ustadzahnya, kayak gimana acaranya dan materi yang pernah disampein apa aja. Terus apa di dalamnya nggak ada indikasi penyesatan? Ya Alloh…aku nggak nyangka beliau bakalan nanyak ampe segitunya, dan yang lebih menyanyat hati lagi beliau nanyaknya dengan ekspresi yang tak mengenakkan hati. Akhirnya karena pertanyaan itu terkesan menuduh aku langsung menjawab, “Ya…kalau Bapak ingin tahu bagaimana kegiatannya silahkan saja Bapak menghadiri acara kajian rutin Remas” tapi beliau cuma diam terus ngasih proposal yang udah ditanda tangani itu padaku. Setelah itu aku dan bu Ketua OSIS menuju ruang Kepsek, disana kami juga mendapat perlakuan yang sama. But nevermind yang penting proposalnya udah ditandatangani. Yes…Alhamdulillah akhirnya Remas terselamatkan.


Remasku Sayang... Remasku Malang

Akan tetapi…hal yang tak disangka-sangka terjadi lima hari kemudian, aku tak tahu kenapa tiba-tiba pak Kepsek menyuruh aku memanggil semua anak Remas untuk berkumpul di mushollah sekolah. Aku bingung. Tapi…masih berhusnudzon, mungkin pak Kepsek hendak memberikan perhatian lebih kepada remas, so…tanpa pikir panjang aku langsung menginstruksikan kepada semua warga Remas untuk berkumpul di mushollah saat jam istirahat.
Bel istirahat berbunyi, sekitar lima puluh siswi berjilbab berkumpul di mushollah yang didalamnya sudah dihuni oleh pak Kepsek, pak Wakepsek, dan dua guru agama senior. Dan ternyata sodara-sodara…apakah yang terjadi? Pernyataan tegas nan memilukan keluar dari bibir pak Kepsek “Remas bubar” hah….! Spontan aku dan teman-temanku serasa lemas dan ingin pingsan, bagaimana mungkin Remas yang sudah kami anggap sebagai keluarga kedua bagi kami akan diceraikan? bagaimana mungkin proposal yang baru lima hari yang lalu disahkan kini sudah tinggal kenangan. Nggak…nggak aku nggak terima dengan semua ini.
Setelah pak Kepsek beserta jajarannya menyampaikan pidato yang isinya bla…bla…bla…bla. Aku langsung berkata adakah yang salah dengan kegiatan ini? bapak-bapak itu menjawab bahwa mereka takut kami para anak Remas bakal menjurus ke aliran tertentu. What? Aliran apa aku kagak ngerti, beneran sumpah demi Allah selama ini yang kami pelajari cuma topik bahasan yang ringan kayak gimana hukum pacaran, cara nutup aurat yang bener, gimana islam dalam mengatur hubungan cowok cewek dan gimana caranya ningkatin ketakwaan kita kepada sang Khalik. Terus kalo pun kami ngadain kegiatan diluar kajian rutin hari jumat kami nggak pernah ngebahas hal-hal yang aneh ato diluar Al Qur An dan hadist Shahih, Suer cuma itu doang! Lah kok disangka yang tidak-tidak sih?
Tersayat rasa hati ini, perih…perih banget setelah menerima keyataan yang menyedihkan ini. aku bingung kenapa kegiatan Remas mesti dibubarkan cuma gara-gara alasan yang nggak berdasarkan penjelasan, dimanakah letak kesalahan kami? Sehingga menimbulkan anggapan negative dari pihak sekolah. Akan tetapi kegiatan seperti PA ato pecinta alam yang isinya cuma hura-hura dan campur baur saat kemah justru didukung dan di danai sekalipun menghabiskan biaya yang banyak? Wallahu A’lam aku tidak bisa menerka ini semua dengan pasti, tapi kala itu aku dan teman-teman di Remas tetap berusaha berhusnudzon, mungkin pihak sekolah berbuat demikian lantaran mereka terlalu sayang pada kami sehingga mereka takut jika kami salah jalan. Akan tetapi saat itu aku dan teman-teman tidak hanya tinggal diam. Aku bangga pada adik-adik dan teman-temanku yang mampu menyampaikan kekecewaannya pada pak Kepsek beserta jajarannya itu. Sungguh…sekalipun aku nggak pernah mendengar mereka mengatakan kalimat-kalimat seberani itu apalagi mereka menujukannya ke pak Kepsek. Mereka semua satu persatu menyampaikan kekecewaannya dalam linangan airmata. Aku sangat terharu mendengar kalimat-kalimat yang mereka ucapkan disela airmata yang menetes membasahi pipi mereka. Saat itu aku berusaha untuk diam, tak sepatah katapun yang aku ucapkan walaupun sebenarnya ada berjuta kekecewaan yang hendak aku tumpahkan. Hingga akhirnya apa yang aku tahan itu tak mampu lagi terbendung setelah aku dengar salah seorang dari guru agama senior itu berkata “Mereka menjadi seperti ini karena mereka sudah terpengaruh” spontan aku berkata “Maaf…Pak jika saya lancang dalam forum ini, tapi…lebih baik bagi saya menumpahkan isi hati saya disini dari pada ada kesalah pahaman yang berkepanjangan diantara kita, jujur saya kecewa dengan sikap Bapak sekalian, kenapa Bapak menyuruh kami membuat proposal baru jika akhirnya kami tetap saja dibubarkan? Dan hal apa yang telah membuat Bapak berprasangka seperti itu terhadap kami? Kalau memang Bapak takut kalau nantinya kami terjerumus pada kesesatan, bukankah ada jalan lain yang bisa kita tempuh? Kalau memang yang menjadi masalah adalah pematerinya, bukankah kita bisa menggantinya dengan guru agama disini? Dengan demikian Remas ini akan tetap ada” Akhirnya pak Kepsek menjawab bahwa Remas tetap dibubarkan akan tetapi kegiatan kajian tetap bisa dilaksanakan setelah sholat jumat dan yang bertindak sebagai pemateri adalah guru agama kami.
Akan tetapi, kegiatan kajian itu tak berjalan seperti sedia kala, tentu saja, karena bagaimana mungkin suatu kegiatan diadakan tanpa adanya pengurus serta koordinasi yang baik yang hanya bisa terwujud dengan adanya organisasi. Gerak dan langkah kami pun nampak selalu diawasi dan dikoreksi, kami selalu dimata-matai, dalam kasus ini yang dijadikan titik fokus tentunya aku. Karena akulah pelopor berdirinya Remas di sekolah. Tapi saat itu aku tetap berusaha rajin datang ke kajian yang didisi guru agama itu meskipun teman-teman yang lain tampak lesu dan malas untuk hadir lantaran topik bahasannya kurang menarik. memang sih jujur aku akui cara penyampaiannya kurang menarik tapi walau bagaimanapun bukankah ilmu tetaplah sesuatu yang bermanfaat. Bukan masalah siapapun yang menyampaikan tapi yang lebih penting adalah apa yang disampaiakan. Akan tetapi…setelah berjalan beberapa minggu kegiatan itu akhirnya bubar lantaran peminatnya hanya beberapa kepala saja. Sungguh sangat disayangkan.


Ruqyah

Pernah juga ada kejadian lucu diantara kami. Waktu itu kami berlima dibantu ama beberapa orang teman ngadain acara seminar sekaligus ruqyah masal. Acara itu kami adain di luar sekolah, tadinya sih kami ingin banget ngadain tuh acara di sekolah, akan tetapi karena kami udah nggak punya wewenang apa-apa dalam mengadain acara bertajuk Islam so...kami Cuma bisa merealisasikan kegiatan itu atas nama pribadi bukan sekolah.
Pemateri acara seminar dan ruqyah masal itu diisi oleh seorang Ustadz yang emang udah diakui kelihaiannya dalam usir mengusir jin yang terdapat dalam raga manusia.
Jam sembilan tet acara dimulai, peserta yang datang berjumlah sekitar 10 orang plus 7 orang panitia. Nah yang bertindak yang sebagai Mcnya tuh aku. Awalnya aku dengan sangat amat bersemangat memimpin acara, but setelah acara ruqyahnya dimulai dengan bacaan surat Al Qur An, perlahan...tapi pasti bulu kudukku satu demi satu berdiri... mataku merem melek...pokokke berat banget dah udah gitu tiba-tiba badanku lemes n gemeteran, setelah itu Wallahu A’lam aku kagak inget lagi, kata temen-temen sih aku nangis histeris sembari ngomel-ngomel nggak karuan. Idih... memalukan banget sih! Alhamdulillah untung aja aku cepet sadar, lah kalo nggak bisa-bisa aku dikirain orang gila.
Nah...kejadian heboh nggak sampe disitu aja. Masih ada kelanjutan yang lebih menegangkan. Beberapa saat kemudian teman-teman yang lain pada berjatuhan, parahnya yang berkontraksi akibat ruqyah itu adalah panitia. Bisa dibayanginkan gimana paniknya para peserta setelah hampir semua panitia menjerit-jerit histeris. Mereka pada ketakutan plus kebingungan karena Pak Ustadznya Cuma satu sedangkan yang berkontraksi ada banyak orang. Welwh-welwh kok bisa sih pada disarangin oleh jin? Kami bingung banget kok bisa sih? Padahal kan kami rajin sholat, ngaji dan nggak pernah ngelakuin ritual-ritual aneh atopun mengunjungi tempat-tempat keramat nan angker? Ternyata jawabannya kami temukan setelah Pak Ustadz menjelaskan bahwa yang namanya jin itu bisa masuk dari berbagai penjuru. Bisa masuk dari makanan, minuman atopun melalui mimpi. Dan si jin pun juga bisa masukin raga dari orang yang hafal Al Qur An sekalipun! What’s? Hafid or hafidoh ato yang lebih famous disebut sebagai penghafal Al Qur An juga bisa ditempelin ama om jin? Kenyataannya emang demikian, Pak Ustadz bercerita katanya beliau pernah mengruqyah seorang hafid, Astaugfirullah!
Terus kami nanya ama tu Ustadz, Pak...kalo gitu hal apakah yang mesti kita lakukan agar kita terhindar dari godaan jin? Lalu Pak Ustadz menjawab ”Perbanyak mengingat Alloh dan istigfar, selain itu juga jangan sampe membiarkan pikiran kosong”
Hem...ternyata dulu...di dalam tubuhku ini bersarang sesosok makhluk Alloh yang bernama jin.
Keesokan harinya hal nyebelin harus aku rasakan. Tahu nggak tuh tiga peserta cowok yang ikutan acara ruqyah itu pada ngeledekin aku. Mereka selalu menyindirku ”Hai tahu nggak kemarin tuh kamu lucu banget” dia pikir aku ini abdel temon apa seenaknya dikatain lucu! Huh...kalo tahu bakalan kayak gitu kejadiannya. Hem...aku udah pasti minta diruqyah sebelum acara itu dimulai. Pastinya ditempat yang nggak ada anak cowoknya.


Remasku Hilang Kurmaku Datang

Kami berlima tetap bersahabat meskipun tak lagi ada Remas di sekolah. Kami juga tetap sering berdiskusi soal agama dan masalah pribadi karena sering kali kami mengadakan kajian terselubung di kantin atau dibangku teras kelas. Akan tetapi kami tetap merasa rindu duduk lesehan dalam suasana majlis ta’lim yang resmi yang mengahdirkan seorang ustadzah untuk memberikan kami tausiyah. Atas dasar itulah akhirnya kami berlima membentuk forum kajian diluar sekolah yang kami beri nama “KURMA” kamunitas remaja muslimah, bertempat di masjid jami’ di kotaku. Alhamdulillah kepala ta’mir masjid itu memberikan kami izin mengadakan kegiatan kajian dengan senang hati.
Agar dapat merekrut anggota sebanyak-banyaknya KURMA membagikan ratusan selebaran yang disebarkan di berbagai SMP dan SMA di kotaku. Akan tetapi nampaknya yang memberikan perhatian terhadap selebaran itu hanya sekitar lima orang saja sehingga jumlah anggota KURMA hanyalah sepuluh orang.
Akhirnya aku dan sahabatku kembali menemukan forum lesehan yang membicarakan segala yang terangkum dalam Al Qur An.


Kaos Kaki Prili

Seperti yang sudah aku ceritakan sebelumnya, kami berlima sering kali mendiskusikan masalah pribadi yang sedang kami hadapi. Pernah suatu ketika si Prili bercerita pada kami tentang masalahnya dengan ayah dan ibunya. Si Prili ini ingin banget membiasakan diri pake kaos kaki karena berdasarkan Al Qur An An Nur 31 dan hadist shahih yang namanya aurat wanita itu seluruh tubuh kecuali muka dan telapak tangan, so dapat disimpulkan bahwa kaki itu adalah aurat. Akan tetapi nampaknya ayah dan ibu Prili menanggapi hal itu dengan pemikiran yang berbeda, Prili meminta pendapat dariku, aku jadi bingung karena aku belum pernah mengalami hal seperti itu. Karena keluargaku sama sekali tidak pernah mempertanyakan ataupun melarang perihal kenapa aku selalu berkaos kaki setiap keluar rumah. Begitu pula dengan kereudung besar yang aku gunakan sejak kelas dua SMA, sungguh Allah memberikan kemudahan bagiku meskipun seluruh komponen keluarga besarku baik dari pihak ayah maupun pihak ibu tidak ada yang berjilbab. Akhirnya kami berlima mulai memeras keringat untuk memikirkan hal itu. Dan disaat yang bersamaan si Irin juga mendapatkan hidayah untuk mel;akukan hal yang sama, dia juga terketuk pintu hatinya untuk mulai berkaos kaki. Alhamdulillah.
Beberapa hari kemudian Prili datang dengan wajah yang sumrigah sambil berkata “Alhamdulillah ibuku sudah nggak nanya-nanya lagi masalah kaos kaki, malahan kemarin sepulang dari kantor dia bawain aku dua pasang kaos kaki jempol. He…he…he senangnya hatiku”
Subhanallah…ternyata nggak disangka-sangka hati yang tadinya keras bisa melunak seiring berjalannya waktu.

Kerudung Syar’i Kemanakah Dikau kan Kucari?

Nah kalo yang ada di bab sebelumnya adalah cerita si Prili dengan kaos kakinya, kalo yang akan hadir diparagraf berikutnya adalah ceritaku beserta kerudung gedeku di sekolah.
Sebenernya udah sejak kelas satu SMA aku pingin pake kerudung yang syar’i alias sesuai dengan ketentuan yaitu menjulur hingga menutupi dada. Akan tetapi yang jadi masalah susah banget nemuin kerudung kayak gitu di toko maupun di pasar. Hampir seisi kota aku telusuri tapi yang ada kerudung tsunami yang pendek banget (nggak tahu kerudung tsunami itu apa?) kerudung tsunami itu sejenis kerudung praktis yang booming waktu lagi ada tragedi tsunami di Aceh. Nah selain kerudung tsunami yang super duper pendek coz cuma nutup kepala ama leher yang ada cuma kerudung silky yang tipis banget bentuknya segi empat gitu. Ni kerudung susah banget diotak-atik, kalo lipatan segitiga yang bagian dalem dipendekin jadinya nerawang alias transparan gitu, nah kalo di samain antara lipatan segitiga yang ada di dalem ama yang luar jadinya pendek banget. Akhirnya berkat kelihaianku dalam mengutak-atik kerudung aku gabungin dua kerudung segi empat itu kemudian lipatan yang bagian dalam aku pendekin, so jadilah kudung lebar yang nggak nerawang. Tapi…memerlukan waktu satu jam untuk bisa memasang tuh kerudung dikepala. What? So bayangin aja kalo tiap pagi aku mesti nampang di depan kaca buat make tuh kerudung selama satu jam per hari dalam sebulan aku memerlukan 30 jam cuma buat make tuh kerudung nah kalo setahun? Apa nggak 365 jam kebuang cuma untuk nutup kerudung? Akhirnya penderitaan dalam urusan make kerudung teratasi setelah aku dapet info kalo di kota kabupaten yang jaraknya sekitar 36 km dari rumahku ada toko kerudung yang jual berbagai macam kerudung mulai dari model kerudung ala Zaskia Mecca ampe kerudung gede berbagai model, ukuran dan warna.
Setelah berhasil mengumpulkan sejumlah uang akhirnya aku berangkat menuju kota tersebut. Dan aku sangat senang melihat selembar kain putih berbordir bunga-bunga kecil berwarna abu-abu terpajang disalah satu rak. Kainnya katun nomor satu, adem dan halus banget. Harganya empat puluh delapan ribu. Aku masih ingat banget. Pas lihat harga yang menurut aku lumayan mahal itu aku langsung sepaneng sambil ngitung-ngitung uang disakuku. Kira-kira kembaliannya cukup nggak ya buat ongkos pulang? Alhamdulillah ternyata cukup. Tanpa pikir panjang lagi aku masukkan dalam tas belanjaan dan kuserahkan tas itu kemeja kasir.
Begitu sampai dirumah aku langsung mencoba kerudung itu, ya ampun tuh kerudung gede banget, dan rasanya adem, beda ama kerudung doble silky yang aku pake. Dan pada hari yang bersamaan pula seragam baru yang seminggu lalu aku jahitkan ke penjahit juga sudah selesai. Seragam itu sengaja aku jahitkan dengan ukuran yang super gede, awalnya bu penjahit kaget “Ni seragam kok kegedhean banget apa nggak kurang kecil mbak ukurannya?” aku spontan menjawab nggak kok bu, saya lebih suka yang longgar-longgar.


Tragedi Karung Goni

Pagi itu...dengan bahagia aku berkaca... menatap kerudung dan baju baruku yang akan kukenakan kesekolah.
Dan apakah yang terjadi disekolah? Sebagian teman ada yang ngetawain aku dan yang sebagian lagi cuma mantengin dengan tampang heran. Tapi aku tetep PD aja. Nggak peduli mereka berkata apa. Yang jelas aku seneng banget pake baju n kerudung impian ini.
Ibarat warna merah diantara warna putih aku jadi pusat perhatian, yah ela masa kerudung gedhe aja jadi pusat perhatian. Pasti siapapun yang ngebaca tulisan ini pada heran ya? Mungkin kalian belum tahu bahwa di tempatku itu hal kayak gitu tuh belum lumrah terjadi. Apalagi kalo yang make anak sekolahan, ehm pasti dah jadi headline news disekolah, ditambahlagi dengan asumsi bahwa kalo orang salamannya nelungkupin tangan itu tandanya pengikut aliaran tertentu. Wah…benar-benar sulit berada dalam kenyataan kayak gitu. Aku harus berusaha sebiasa mungkin dengan ejekan-ejekan dari teman-teman, tak jarang aku dengar anak-anak kelas sebelah memanggilku “Hai karung goni berjalan” ato “Bajunya emak’e kok dipake sih” aduh kata-kata kayak gitu sering banget aku dengar pas awal-awal aku pake baju gedombrangan (kegedean) parah banget tahu nggak Tapi…ternyata itu cuma awal-awalnya aja kok. Setelah minggu kedua aku hampir sama sekali nggak dengar kata-kata seperti itu. Mungkin mereka udah pada capek kali ya?
Walaupun demikian aku tetep berusaha istiqomah dengan semua ini apalagi aku punya penyemangat yang selalu mengingatkan aku untuk lebih…lebih dan lebih lagi dalam ningkatin kualitas diri, mereka adalah sahabat-sahabatku tercinta. I love U All.
Oh ya aku lupa sejak aku pake kerudung gedhe teman-teman di kelas juga jadi lebih sungkan alias lebih menghargai aku. Mereka jadi pada baek-baek dan nggak seenaknya kalo ngomong. Mungkin saat mereka berhadapan ama aku mereka jadi teringat sosok wanita yang mereka cintai dan hormati kali ya? Maksudnya emaknya. He…he…he


Jatuh Cinta...? Ternyata Kami Juga Bisa

Oya ada satu kisah menarik yang terjadi diantara kami berlima. Berikut kronologisnya.
Walau bagaimanapun aku dan teman-temanku tetaplah remaja yang terkadang dihinggapi perasaan jatuh hati terhadap lawan jenis. Ehm…ehm ceritanya begini waktu itu entah kenapa tiba-tiba aku tuh ngerasa ada yang merhatiin gitu, sering kupergokin orang itu curi-curi pandang gitu ma aku. Nah berhubung tuh orang caem n pendiam yah wajarlah kalo aku jadi Ge Er terus kepincut ama dia. Nah ternyata yang aku rasain itu semakin hari semakin nampak, aku sering uring-uringan dalam hati kalo dia nggak masuk sekolah, aku juga kadang-kadang sering bertanya dalam hati perasaan apa ini? sekedar Ge Er kah? Atau…benarkah ini cinta? Dan disaat yang bersamaan si Prili juga ngalami hal yang sama dia ternyata juga lagi falling in lop gitu. He…he…he dia nggak cerita sih ama aku tapi…dari gelagatnya kentara banget kalo dia lagi ngagem tresno(punya rasa ama seseorang)
Akan tetapi syukur Allah masih menetapkan hati kami untuk tidak ngelakuin hal-hal gila yang udah wajar dilakuin ama cewek-cewek pada saat itu. Yaitu ngajakin jalan cowok yang mereka taksir, kirim sms kagak jelas atawa sok-sok akrab. Nggak…sekali lagi kami nggak sampe melakukan perbuatan tercela tersebut karena berkat rahmat Allah serta nasehat dari sahabat-sahabat yang lain yang lebih berpengalaman dalam hal kayak gitu (Ocha terutama) akhirnya kami bisa melewati masa falling in lop itu dan kemudian kami bangkit terus janji deh nggak bakal Ge Er- Ge Eran ama cowok lagi coz arah hidup kami cuma satu jadi remaja muslimah yang sebisa mungkin menjaga hati dan tubuh ini. Waduh narsiz oiy.

Perpisahan Itu Tiba

Ibarat roda yang senantiasa berputar, waktu terus bergulir membawa kami pada fase tersulit dalam hidup kami yaitu perpisahan. Udah hampir dua tahun persahabatan ini terjalin dengan sangat erat. Hampir dua tahun kami ngabisin saat-saat kebersamaan kami dengan derita, bahagia, tangis airmata dan beribu hikmah dibalik masalah. Akhirnya kami harus berpisah, yah perpisahan itu terlihat nyata didepan mata karena setelah lulus Alan akan pergi ke kampung halamannya di Lombok dia akan melanjutkan studi disana, sedang Ocha hendak mencari kerja. Sementara aku, Prili, dan Irin masih tak tahu hendak melanjutkan kuliah dimana.
Setelah pengumuman SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri) diumumkan aku sedikit menemukan kejelasan akan masa depanku, ternyata aku diterima di FKIP Bahasa Indonesia UNEJ, begitu pula dengan Prili dia diterima di FKIP Ekonomi UNEJ berarti kami berdua masih bisa sering ketemu karena kami satu kampus, semetara si Irin tidak diterima dimana-mana, akhirnya ia mengikuti tes di sejumlah perguruan tinggi swasta dan mengikuti ujian masuk lokal di FKIP Ekonomi UNEJ. Alhamdulillah…ternyata dia lulus ujian lokal FKIP Ekonomi UNEJ sehingga kami bertiga satu kampus.
Akan tetapi walaupun satu kampus kami tetap tak bisa menghabiskan waktu bersama-sama sesering saat SMA dulu karena jadwal kuliah yang berlawanan, Irin yang merupakan mahasiswa Non Reguler selalu masuk sore hingga malam hari sedangkan si Prili meskipun sama-sama mahasiswa regular sepertiku seringkali punya jadwal kuliah yang tak bersamaan denganku akibatnya kami sangat jarang bertemu.
Setelah kuliah kami juga mengaji atau ikut forum keislaman yang berbeda. Irin ikutan HTI Link Kampus, dan Prili lebih memilih menjadi anggota UKKI (Unit Kegiatan Kerohanian Islam) yang ada dibawah naungan Fakultas, sedangkan aku mengaji di forum kajian luar Universitas tepatnya FKIA (Forum Kajian Islam As Sunnah) atau yang lebih dikenal dengan kajian As Salafy.
Walau kini kami berada di forum yang berbeda, kami tak pernah merasa ada yang berbeda diantara persahabatan ini. Yah bagiku...mereka tetap sahabat-sahabatku yang hingga kapanpun tak akan pernah tergantikan. Karena merekalah orang-orang yang dikirimkan oleh Allah kepadaku ketika aku memang benar-benar membutuhkan kehadiran teman yang mau menerimaku apa adanya terlebih lagi mereka juga memiliki prinsip dan keinginan yang sama. Bagiku... mereka laksana cawan yang mampu menampung segenap tetesan peluh dan kesalku...mereka juga cawan yang selalu memberiku segarnya air dingin saat kerongkonganku kering.
Sahabatku... aku sangat menyayangi kalian. Prili...Irin...Ocha...dan Alan... Semoga kalian selalu mengingat saat-saat itu. Ketika kalian menguatkan aku... ketika aku juga merasa sebagai seseorang yang selalu ingin menguatkan kalian. Semoga kalian selalu menyimpan detik-detik kenangan...kenangan ketika kita tertawa... ketika kita berlinang airmata... ketika kita dihina... ketika kita merasa berharga... ketika kita ceria... ketika kita berduka. Dan yang jelas ”KETIKA CINTA BERBAGI”